- Back to Home »
- Hacking , Teknologi »
- Para Hacker Indonesia
Posted by : caLypso
Jumat, 02 Mei 2014
Oke langsung aja disimak.....cekicroootttt.....
Hacker, mungkin istilah yang cukup menyeramkan di dunia maya. Hacker yang juga sering dijuluki “dedemit dunia maya” memang dikenal oleh masyarakat luas sebagai orang yang selalu melakukan aksi menjebol berbagai sistem keamanan di berbagai situs dan jaringan.
Bagaimana dengan Indonesia? Negara kepulauan ini juga terdapat banyak hacker yang memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan hacker luar negeri, seperti apa? Berikut beberapa profil hacker asal Indonesia.
1.Wenas Agusetiawan,(hC- atau hantucrew) Pendiri Antihackerlink
Wenas Agustiawan adalah pendiri Antihackerlink yang kini cukup terkenal dengan hadirnya repo Antihackerlink yang berisi aplikasi untuk Mac, iOS dan Blackberry.
Sang pendiri Antihackerlink ini ternyata dulunya adalah seorang hacker badung yang berhasil menjebol keamanan berbagai situs termasuk 3 situs dengan domain .sg atau Singapura sebagai bentuk protes.
Puncaknya kenakalannya adalah ketika Wenas Agustiawan ini membobol situs Data Storage Institute Singapura yang akhirnya berhasil diendus aparat yang kemudian menangkap Wenas, meski tidak mendapatkan hukuman pidana, Wenas harus membayar denda senilai Rp. 75 Juta.
Musibah ini membuat Wenas Agustiawan akhirnya tobat dan mulai menggunakan kemampuannya untuk hal yang positif. Wenas Agustiawan kini juga aktif di organisasi white hat, atau hack untuk keamanan.
Saat ini, Wenas telah mendirikan sebuah perusahaan bernama PhaseDev (PT. Phase Solusindo) yang bergerak dibidang solusi teknologi informasi. Tak hanya itu, Wenas Agusetiawan ini juga telah mendirikan portal populer Lintas.me dan juga menjadi freelancer di KapanLagi dan forum KASKUS.
2.Iwan Dharmawan.(chikebum)
(Ini Foto Anaknya)
Hacker yang menggunakan nickname Chikebum ini merupakan salah satu pentolan dari Antihackerlink yang mengaku hanya sekolah sampai kelas 2 SMP. Meski demikian, Iwan Dharmawan memiliki kemampuan yang tak kalah dengan hacker lain, ia mampu membobol berbagai situs termasuk Toserba Matahari dan PLN.
Meski putus sekolah, bukan berarti Iwan Dharmawan berhenti untuk belajar, saat usia 15 tahun, ia mulai belajar JavaScript dan DHTML (Dynamic Hypertext Mark-up Language).
Iwan Dharmawan mengaku sering merasa sebal terhadap pembobol yang asal serang. Iwan mencontohkan, ada hacker yang gemar mengutak-atik halaman depan satu situs (deface) tapi tak bisa mengembalikannya seperti semula.
3.Rummy Taulu.(cyberbug atau cbug)
Hacker yang menggunakan nickname cyberbug atau cbug ini adalah salah satu senior di kelompok hacker pembobol situs, Kecoak Elektronik. Rummy Taulu bersama rekan-rekan aktif melakukan pembobolan bernuansa politik di era orde baru.
Situs Markas Besar Kepolisian RI, partai Golkar dan Badan Pemeriksa Keuangan ini pernah menjadi korban dari aksi Rummy Taulu dan rekan-rekannya. Disetiap aksinya, Rummy Taulu dan kawan-kawan selalu menyelipkan kritik pada rezim yang berkuasa, antara lain penurunan harga, pembebasan tahanan politik dan penggantian presiden.
Rummy Taulu belajar komputer dan jaringan secara otodidak. Pada 1988, ia mulai mengajar aplikasi komputer di sebuah lembaga kursus di Manado. Karena ingin lebih banyak mempelajari sistem operasi Linux, ia bergabung dengan kelompok Kecoak Elektronik.
Seperti yang dilansir dari Penajamig33, Rummy juga menjadi pegawai Warung Internet Nikita di Manado. Hacker yang tadinya gemar membobol, kini Rummy Taulu aktif melakukan hal yang sebaliknya: menangkal serbuan pembobol.
Rummy Taulu, yang kini mengajar di Universitas De La Salle Manado, juga aktif sebagai konsultan keamanan di sebuah situs media online populer di Indonesia.
4.Prasodjo dari M.Prasodjo & Shinta K
Meski putus sekolah, bukan berarti Iwan Dharmawan berhenti untuk belajar, saat usia 15 tahun, ia mulai belajar JavaScript dan DHTML (Dynamic Hypertext Mark-up Language).
Iwan Dharmawan mengaku sering merasa sebal terhadap pembobol yang asal serang. Iwan mencontohkan, ada hacker yang gemar mengutak-atik halaman depan satu situs (deface) tapi tak bisa mengembalikannya seperti semula.
3.Rummy Taulu.(cyberbug atau cbug)
Hacker yang menggunakan nickname cyberbug atau cbug ini adalah salah satu senior di kelompok hacker pembobol situs, Kecoak Elektronik. Rummy Taulu bersama rekan-rekan aktif melakukan pembobolan bernuansa politik di era orde baru.
Situs Markas Besar Kepolisian RI, partai Golkar dan Badan Pemeriksa Keuangan ini pernah menjadi korban dari aksi Rummy Taulu dan rekan-rekannya. Disetiap aksinya, Rummy Taulu dan kawan-kawan selalu menyelipkan kritik pada rezim yang berkuasa, antara lain penurunan harga, pembebasan tahanan politik dan penggantian presiden.
Rummy Taulu belajar komputer dan jaringan secara otodidak. Pada 1988, ia mulai mengajar aplikasi komputer di sebuah lembaga kursus di Manado. Karena ingin lebih banyak mempelajari sistem operasi Linux, ia bergabung dengan kelompok Kecoak Elektronik.
Seperti yang dilansir dari Penajamig33, Rummy juga menjadi pegawai Warung Internet Nikita di Manado. Hacker yang tadinya gemar membobol, kini Rummy Taulu aktif melakukan hal yang sebaliknya: menangkal serbuan pembobol.
Rummy Taulu, yang kini mengajar di Universitas De La Salle Manado, juga aktif sebagai konsultan keamanan di sebuah situs media online populer di Indonesia.
4.Prasodjo dari M.Prasodjo & Shinta K
Berburu lubang dahulu, menawarkan jasa kemudian. Pemeo inilah yang boleh jadi dipakai Prasodjo dan 70 rekannya yang tergabung dalam M.Prasodjo & Shinta K. Kelompok pembobol situs ini bermarkas di Bandung. Anggota kelompok ini rata-rata punya tujuh spesialisasi (jaringan, pemrograman, desain, analisis sistem, permainan, peranti lunak/keras, serta penerapan sistem). Salah satu kegiatan mereka adalah masuk ke situs orang lain untuk menemukan kelemahan. Setelah itu, mereka menawarkan jasa untuk mengamankan situs tersebut. Dengan cara ini, puluhan perusahaan sudah menjadi klien mereka. "Tapi kami tak pernah merusak satu situs dulu untuk mendapat klien," kata Prasodjo, 30 tahun. Pria ini juga mengajar di salah satu lembaga pendidikan komputer di Bandung.
Prasodjo gemar menyusup di jaringan maya sejak masih kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung. Sukses membobol situs pertama, Prasodjo mulai ketagihan. Kepada TEMPO, ia mengaku tak pernah merusak atau mencuri data apa pun dari situs yang bisa dijebolnya. Sampai saat ini, Prasodjo mengaku sudah sukses menembus puluhan situs.
5.S'to dan Ruth dari Jasakom Community
Muda, cerdas, dan ambisius. Itulah gambaran S'to dan Ruth?sebut saja begitu?dua orang berusia 28 tahun. Keduanya mengelola Jasakom Community yang menawarkan jasa keamanan jaringan. Cara kerja mereka mirip Prasodjo dari M.Prasodjo & Shinta K yang gemar berselancar di situs orang lain untuk menemukan lubang-lubang kelemahan. Hasilnya? Kedua alumni Jurusan Teknik Informatika Bina Nusantara, Jakarta, ini berhasil menangguk sejumlah klien.
Kegiatan berbisnis kedua pemuda ini membuat geram para pembobol yang tak punya motif bisnis. Alhasil, situs mereka pernah diserbu oleh kelompok Antihackerlink.
S'to dan Ruth tak mengelak mengenai masa lalu mereka: keduanya memulai aksinya dari kejahilan semata. Setelah bosan, S'to dan Ruth mengaku ingin melakukan sesuatu yang lebih positif. Dua anak muda ini kemudian mendirikan kelompok Jasakom dengan lima rekan mereka.
Agar menarik minat pelanggan, mereka sering memunculkan kelemahan sebuah situs yang habis mereka "kunjungi". Tujuannya adalah menyadarkan pemilik situs. Namun, tak jarang pemilik situs memprotes tindakan mereka karena cemas terhadap serangan hacker iseng yang ingin menangguk ilmu secara gratis.
6.Onno W. Purbo A.K.A Kang Onno
Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung 17 Agustus 1962; umur 45 tahun) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ia memulai pendidikan akademis di ITB pada jurusan Teknik Elektro pada tahun 1981. Enam tahun kemudian ia lulus dengan predikat wisudawan terbaik, kemudian melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAU-ME.
RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang dilontarkan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi media, seminar, konferensi nasional maupun internasional. Percaya filosofy copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.
Pejuang kemerdekaan frekuensi 2.4 GHz, VOIP-Rakyat, dan Antena Wifi dari kaleng.
RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang dilontarkan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi media, seminar, konferensi nasional maupun internasional. Percaya filosofy copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.
Pejuang kemerdekaan frekuensi 2.4 GHz, VOIP-Rakyat, dan Antena Wifi dari kaleng.
7.Juny Maimun / Bagan a.k.a Acong ( Pendiri Indowebster)
Ia tak tahu pasti sudah berapa ribu server yang telah ia jebol. Sebagai seorang peretas, Juny Maimun memang gemar sekali masuk ke server orang. Bukan untuk mengeruk keuntungan, namun sekadar untuk mempelajari source code aplikasi, atau desain sebuah database.
Itu adalah Juny Maimun yang dulu. Pria yang kerap disapa Acong itu, beberapa tahun lalu memang aktif di komunitas ‘bawah tanah’ AntiHackerlink. Di kalangan peretas, ia dikenal dengan nama nick ‘Bagan’.
Tapi Acong sudah tobat. Ia tak mau lagi merugikan orang lain. Sebagai penganut agama Budha taat, Acong percaya betul dengan Karma. Kini, ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat.
“Sekarang saya cuma pingin nebus dosa,” kata Acong, saat diwawancara VIVAnews di Gedung Cyber, Jakarta, Rabu 17 Februari 2010. Bahkan, ia justru menyeru rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke ‘jalan yang benar’.
Pelan-pelan, pria kelahiran Bagan Siapi-api, 29 tahun lalu itu, mengajak teman-teman kracker (hacker kriminil) untuk beralih menjadi pengusaha konten, pengembang aplikasi, atau bergabung dalam proyek-proyek yang ia kerjakan.
“Apa sih yang didapat dari aktivitas hacking?” Pertanyaan itu biasanya ia lontarkan untuk menyadarkan teman sejawat peretasnya. Sebab, Acong yakin, walau kegiatan carding (menjebol kartu kredit orang lain) bisa membuahkan hasil yang sepadan dengan harga sebuah kapal pesiar, namun hasil uang panas itu akan cepat ‘menguap’ tak tersisa.
Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan. Yakni, bisnis warung internet (warnet), usaha penyediaan jasa internet (ISP), dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik: Indowebster.
Usaha warnet sudah ditekuni sejak Acong masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini, bekerja sama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi.
Sementara Acong mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers. Di forum ini, Acong juga mendorong anggota komunitas untuk tak cuma berdiskusi, tapi juga berani membuat server game.
Kemudian, sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Dari kocek pribadinya, Acong menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file.
Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. Konsepnya juga mengalami perubahan. “Indowebster merupakan perpaduan dari rapid*share, ImageShack, dan YouTube,” kata Acong.
Jadi tak sekadar mengunduh dan mengunggah file, tapi pengguna juga bisa mengunggah foto dan video di Indowebster. Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet.
Uniknya, tak seperti pengusaha web lain yang mengejar profit atau keuntungan, dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Sebab, hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong: Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.
Walaupun tak mengkomersialkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut, karena untuk membiayai operasional Indowebster, Acong mengambilnya dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.
“Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?” kata Acong. Buktinya, kata dia, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster, kini sudah mencapai paling tidak Rp 1,3 miliar.
Menurut Acong, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan pengejawantahan dari prinsip Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma, sehingga semua orang bisa menikmatinya.
“Kalau semua orang go open source, tidak ada orang yang kelaparan. Sebab, open source membuka peluang kontribusi kepada semua orang, tidak hanya kepada orang atau kalangan tertentu saja. Dunia akan lebih sejahtera dengan open source,” kata suami dari Wiwik Huang itu.
Tip berbagi dan keterbukaannya itu ternyata tidak hanya dipraktekan pada urusan bisnis semata. Acong juga menerapkannya saat berinteraksi dengan para karyawan. Ia memberikan kesempatan yang sangat besar kepada karyawan-karyawannya untuk maju.
Alim Bachtiar, 19 tahun, adalah salah satu buktinya. Empat tahun lalu, pemuda kelahiran Boyolali itu adalah juru parkir, saat pertama kali bekerja di warnet milik Acong. Namun, Alim yang ‘cuma’ jebolan SMP itu, kini memegang tanggung jawab menangani core routing koneksi wireless ke klien Maxindo.
“Tak selalu membutuhkan titel pendidikan yang tinggi untuk sebuah tanggung jawab yang besar. Semua orang bisa mempelajari teori, tapi pengalaman adalah sesuatu yang paling bernilai,” kata Acong.
Saat diwawancara VIVAnews, Rabu 17 Februari 2010, Alim mengatakan bahwa Acong tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan agama, ras, etnis, dan lain-lain. Acong sering membantu menyiarkan siaran langsung sebuah acara pengajian majelis taklim, ke situs Indowebster.
Tak hanya itu, selama ia bekerja, Alim mengaku tak pernah dibentak atau mengalami perlakuan kasar dari Acong. “Saya bangga punya atasan Pak Acong,” kata Alim. Tak terbatas urusan kerjaan, Acong bahkan juga kerap menjadi sasaran curhat Alim, saat ia sedang ada masalah keluarga.
Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang TI seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain.
“Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri,” ujar hacker tobat itu dengan kalem.
SUMBER :
- http://m.kaskus.co.id/thread/50ec047e542acfed29000001/lagi-3-hacker-indonesia/1
- http://www.gaptekupdate.com/2012/08/mengenal-hacker-indonesia/
- http://simetriradial.blogspot.com/2012/05/profil-beberapa-hacker-nusantara.html
- http://primacheat311.blogspot.com/2012/06/150-hacker-terbaik-di-indonesia.html
Dede . Diberdayakan oleh Blogger.
About us
Tentang:
indonews-jmk.blogspot.com adalah Situs Blogging sederhana yang berisikan tentang informasi & serta berbagai kumpulan artikel menarik lainnya yang mudah-mudahan memberikan solusi dan bermanfaat bagi kita semua.
indonews-jmk.blogspot.com menjadi salah satu media informasi, solusi, inspirasi bagi pembaca. Selalu semangat dalam membahasa tentang informasi mulai dari software dan tentang hal hal yang lagi menarik
Posting Komentar